Main Article Content
Abstract
The construction of a port by the British in Singapore in the 19th century made this area attract the attention of sailors and traders from various parts of the world with various cultural backgrounds. Indirectly, this condition impacts the Malays, who are the original inhabitants of this island. This article discusses the cultural history of the Singaporean Malay community in the 19th to 20th centuries. It reveals the demography and culture of the people referring to 25 records of Westerners who came to visit and settled in Singapore in the 19th to 20th centuries. The discussion in this article using historical research methods, which comprise four stages, namely heuristics, source criticism, interpretation, and historiography. Data analysis uses an ethnographic approach and cultural elements by Koentjaraningrat. In the 19th to 20th centuries, Singapore’s Malay population was always second only to the Chinese. Based on a search of several records of visitors who came to Singapore, it was discovered that Singapore was divided into three parts, namely the British or European area, the Chinese area and the Malay and Keling area. The culture of society in this period comprised technological, social, economic, and artistic aspects.
Keywords
Article Details
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International License.
References
- Al Lintani, V. (2014). Dulmuluk Sejarah dan Pengadeganan. Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Palembang.
- Andaya, L. Y. (2019). Selat Malaka, Sejarah Perdagangan dan Etnisitas. Komunitas Bambu.
- Bastin, J. (2011). Singapura Tempo Dulu 1819-1942. Komunitas Bambu.
- Belcher, E. (2011). Etnis-Etnis di Singapura. In Singapura Tempo Dulu 1819-1942 (pp. 75–77). Komunitas Bambu.
- Bennet, G. (2011). Mengunjungi Sultan Husein. In Singapura Tempo Dulu 1819-1942 (pp. 44–48). Komunitas Bambu.
- Black, W. G. (2011). Teater Melayu. In Singapura Tempo Dulu 1819-1942 (pp. 225–228). Komunitas Bambu.
- Bleackley, H. (2011). Hotel Europe dan Hotel Raffles. In Singapura Tempo Dulu 1819-1942 (pp. 253–265). Komunitas Bambu.
- Burgst, B. H. G. N. van. (2011). Catatan Seorang Belanda Tentang Singapura. In Singapura Tempo Dulu 1819-1942 (pp. 25–29). Komunitas Bambu.
- Caine, W. S. (2011). Kelangkaan Perempuan di Singapura. In Singapura Tempo Dulu 1819-1942 (pp. 170–173). Komunitas Bambu.
- Carter, J. (2011). Pemandangan Seperti Lukisan. In Singapura Tempo Dulu 1819-1942 (pp. 229–232). Komunitas Bambu.
- Chapin, J. H. (2011). Kusir-Kusir Singapura. In Singapura Tempo Dulu 1819-1942 (pp. 174–175). Komunitas Bambu.
- Collingwood, C. (2011). Orang Melayu, India dan China. In Singapura Tempo Dulu 1819-1942 (pp. 130–136). Komunitas Bambu.
- Colquhoun, E. (2011). Terasing di Pulau Kecil yang Padat. In Singapura Tempo Dulu 1819-1942 (pp. 213–218). Komunitas Bambu.
- Condronegero, M. S. (1995). Busana Adat Kraton Yogyakarta: Makna dan Fungsi dalam berbagai Upacara 1877-1937. Yayasan pustaka Nusantara.
- Crawfurd, J. (2011). Singapura Dulu dan Kini. In Singapura Tempo Dulu 1819-1942 (pp. 18–24). Komunitas Bambu.
- Dahlan, A. (2014). Sejarah Melayu. Kepustakaan Populer Gramedia.
- Daliman, A. (2018). Metode Penelitian Sejarah. Ombak.
- Darmansyah, D., Fathurahman, L. A., Sustiwi, F., Fadjri, M., Yasin, S., Suryansyah, S., & Zain, M. T. (1986). Ilmu Sosial Dasar. Usaha Nasional.
- del Mar, W. (2011). Pengangkutan Batu Bara ke Kapal. In Singapura Tempo Dulu 1819-1942 (pp. 192–198). Komunitas Bambu.
- Duranti, A. (1997). Lingusitic Anthropology. Cambridge University Press.
- Earl, G. W. (2011). Singapura Pada Awal 1830-an. In Singapura Tempo Dulu 1819-1942 (pp. 36–43). Komunitas Bambu.
- Foran, W. R. (2011). Kehidupan Hiruk-Pikuk Singapura. In Singapura Tempo Dulu 1819-1942 (pp. 266–275). Komunitas Bambu.
- Handaningtias, U. R., Dimyati, I., & Irfan, A. (2016). Anak Koin dan Kemiskinan Terstruktur. Jurnal Riset Komunikasi, 7(1), 66–79.
- Harben, H. D. (2011). Kota Paling Berwarna di Dunia. In Singapura Tempo Dulu 1819-1942 (pp. 284–289). Komunitas Bambu.
- Hutchinson, H. (2011). Persimpangan Timur yang Termashsyur. In Singapura Tempo Dulu 1819-1942 (pp. 249–252). Komunitas Bambu.
- Kamarusdiana, K. (2019). Studi Etnografi Dalam Kerangka Masyarakat Dan Budaya. SALAM: Jurnal Sosial dan Budaya Syar-i, 6(2), Article 2. https://doi.org/10.15408/sjsbs.v6i2.10975
- Keppel, H. (2011). Gelar Knight Commander of Bath untuk Raja Brooke. In Singapura Tempo Dulu 1819-1942 (pp. 86–89). Komunitas Bambu.
- Kontjaraningrat, K. (1985). Pengantar Ilmu Antropologi. Aksara Baru.
- Macgregor, J. (2011). Mengunjungi Sultan Johor. In Singapura Tempo Dulu 1819-1942 (pp. 186–191). Komunitas Bambu.
- “Malay Boys diving for coins ngapore.” | Digital Collections. (n.d.). Retrieved December 21, 2022, from https://digitalcollections.universiteitleiden.nl/view/item/855202
- “Malay fishing village and shampans, Singapore” | Digital Collections. (n.d.). Retrieved December 21, 2022, from https://digitalcollections.universiteitleiden.nl/view/item/855514
- Malcolm, H. (2011). Misionaris-Misionaris Kristen. In Singapura Tempo Dulu 1819-1942 (pp. 49–52). Komunitas Bambu.
- Maunah, B. (2015). Stratifikasi Sosial dan Perjuangan Kelas dalam Perspektif Sosiologi Pendidikan. Ta’allum: Jurnal Pendidikan Islam, 3(1), Article 1. https://doi.org/10.21274/taalum.2015.3.1.19-38
- Misbahuddin, M. (2018). Pakaian Sebagai Penanda: Kontruksi Identitas Budaya dan Gaya Hidup Masyarakat Jawa (2000-2016). El-Wasathiya: Jurnal Studi Agama, 6(2), Article 2. https://doi.org/10.5281/zenodo.3522966
- Norman, H. (2011). Kota Oriental. In Singapura Tempo Dulu 1819-1942 (pp. 179–182). Komunitas Bambu.
- North, M. (2011). Menikmati Keindahan Taman. In Singapura Tempo Dulu 1819-1942 (pp. 141–145). Komunitas Bambu.
- Park, M. M. (2011). Bagaikan Berada dalam Pemandian Turki. In Singapura Tempo Dulu 1819-1942 (pp. 208–212). Komunitas Bambu.
- Poelinggomang, E. L. (2016). Makassar Abad XIX: Studi tentang Kebijakan Perdagangan Maritim. Kepustakaan Populer Gramedia.
- Rahmat, S. (2021). Perompak dan Penguasa Kepulauan Melayu: Dinamika Jalur Rempah Di Pantai Timur Sumatera. In Arus Rempah Pantai Barat dan Pantai Timur Sumatra (pp. 89–112). Balai Pelestarian Cagar Budaya Sumatera Barat.
- Rahmat, S. (2022). Sejarah & Arsitektur Rumah Ibadah Kuno di Kota Tanjungpinang. Sulur Pustaka.
- Reid, A. (1992). Asia Tenggara dalam Kurun Niaga 1450-1680: Tanah di Bawah Angin. Yayasan Obor Indonesia.
- Spradley, J. P. (1997). Metode Etnografi. Tiara Wacana.
- Takari, M., Harahap, F. D., Fadlin, F., Naiborhu, T., Netriroza, A., & Dewi, H. (2008). Masyarakat Kesenian di Indonesia. Studia Kultura.
- Thomson, J. (2011). Fotografer Pertama Singapura. In Singapura Tempo Dulu 1819-1942 (pp. 106–110). Komunitas Bambu.
- Trocki, C. A. (1976). The origins of the Kangchu System 1740—1860. Journal of the Malaysian Branch of the Royal Asiatic Society, 49(2 (230), 132–155.
- Trocki, C. A. (2013). Prince of Pirates: The Temenggongs and the Development of Johor and Singapore 1784-1885. NUS Press.
- Wells, C. (2011). Hotel Raffles. In Singapura Tempo Dulu 1819-1942 (pp. 299–306). Komunitas Bambu.
- Wilkes, C. (2011). Ekspedisi Penjelajahan Amerika Serikat. In Singapura Tempo Dulu 1819-1942 (pp. 62–69). Komunitas Bambu.
References
Al Lintani, V. (2014). Dulmuluk Sejarah dan Pengadeganan. Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Palembang.
Andaya, L. Y. (2019). Selat Malaka, Sejarah Perdagangan dan Etnisitas. Komunitas Bambu.
Bastin, J. (2011). Singapura Tempo Dulu 1819-1942. Komunitas Bambu.
Belcher, E. (2011). Etnis-Etnis di Singapura. In Singapura Tempo Dulu 1819-1942 (pp. 75–77). Komunitas Bambu.
Bennet, G. (2011). Mengunjungi Sultan Husein. In Singapura Tempo Dulu 1819-1942 (pp. 44–48). Komunitas Bambu.
Black, W. G. (2011). Teater Melayu. In Singapura Tempo Dulu 1819-1942 (pp. 225–228). Komunitas Bambu.
Bleackley, H. (2011). Hotel Europe dan Hotel Raffles. In Singapura Tempo Dulu 1819-1942 (pp. 253–265). Komunitas Bambu.
Burgst, B. H. G. N. van. (2011). Catatan Seorang Belanda Tentang Singapura. In Singapura Tempo Dulu 1819-1942 (pp. 25–29). Komunitas Bambu.
Caine, W. S. (2011). Kelangkaan Perempuan di Singapura. In Singapura Tempo Dulu 1819-1942 (pp. 170–173). Komunitas Bambu.
Carter, J. (2011). Pemandangan Seperti Lukisan. In Singapura Tempo Dulu 1819-1942 (pp. 229–232). Komunitas Bambu.
Chapin, J. H. (2011). Kusir-Kusir Singapura. In Singapura Tempo Dulu 1819-1942 (pp. 174–175). Komunitas Bambu.
Collingwood, C. (2011). Orang Melayu, India dan China. In Singapura Tempo Dulu 1819-1942 (pp. 130–136). Komunitas Bambu.
Colquhoun, E. (2011). Terasing di Pulau Kecil yang Padat. In Singapura Tempo Dulu 1819-1942 (pp. 213–218). Komunitas Bambu.
Condronegero, M. S. (1995). Busana Adat Kraton Yogyakarta: Makna dan Fungsi dalam berbagai Upacara 1877-1937. Yayasan pustaka Nusantara.
Crawfurd, J. (2011). Singapura Dulu dan Kini. In Singapura Tempo Dulu 1819-1942 (pp. 18–24). Komunitas Bambu.
Dahlan, A. (2014). Sejarah Melayu. Kepustakaan Populer Gramedia.
Daliman, A. (2018). Metode Penelitian Sejarah. Ombak.
Darmansyah, D., Fathurahman, L. A., Sustiwi, F., Fadjri, M., Yasin, S., Suryansyah, S., & Zain, M. T. (1986). Ilmu Sosial Dasar. Usaha Nasional.
del Mar, W. (2011). Pengangkutan Batu Bara ke Kapal. In Singapura Tempo Dulu 1819-1942 (pp. 192–198). Komunitas Bambu.
Duranti, A. (1997). Lingusitic Anthropology. Cambridge University Press.
Earl, G. W. (2011). Singapura Pada Awal 1830-an. In Singapura Tempo Dulu 1819-1942 (pp. 36–43). Komunitas Bambu.
Foran, W. R. (2011). Kehidupan Hiruk-Pikuk Singapura. In Singapura Tempo Dulu 1819-1942 (pp. 266–275). Komunitas Bambu.
Handaningtias, U. R., Dimyati, I., & Irfan, A. (2016). Anak Koin dan Kemiskinan Terstruktur. Jurnal Riset Komunikasi, 7(1), 66–79.
Harben, H. D. (2011). Kota Paling Berwarna di Dunia. In Singapura Tempo Dulu 1819-1942 (pp. 284–289). Komunitas Bambu.
Hutchinson, H. (2011). Persimpangan Timur yang Termashsyur. In Singapura Tempo Dulu 1819-1942 (pp. 249–252). Komunitas Bambu.
Kamarusdiana, K. (2019). Studi Etnografi Dalam Kerangka Masyarakat Dan Budaya. SALAM: Jurnal Sosial dan Budaya Syar-i, 6(2), Article 2. https://doi.org/10.15408/sjsbs.v6i2.10975
Keppel, H. (2011). Gelar Knight Commander of Bath untuk Raja Brooke. In Singapura Tempo Dulu 1819-1942 (pp. 86–89). Komunitas Bambu.
Kontjaraningrat, K. (1985). Pengantar Ilmu Antropologi. Aksara Baru.
Macgregor, J. (2011). Mengunjungi Sultan Johor. In Singapura Tempo Dulu 1819-1942 (pp. 186–191). Komunitas Bambu.
“Malay Boys diving for coins ngapore.” | Digital Collections. (n.d.). Retrieved December 21, 2022, from https://digitalcollections.universiteitleiden.nl/view/item/855202
“Malay fishing village and shampans, Singapore” | Digital Collections. (n.d.). Retrieved December 21, 2022, from https://digitalcollections.universiteitleiden.nl/view/item/855514
Malcolm, H. (2011). Misionaris-Misionaris Kristen. In Singapura Tempo Dulu 1819-1942 (pp. 49–52). Komunitas Bambu.
Maunah, B. (2015). Stratifikasi Sosial dan Perjuangan Kelas dalam Perspektif Sosiologi Pendidikan. Ta’allum: Jurnal Pendidikan Islam, 3(1), Article 1. https://doi.org/10.21274/taalum.2015.3.1.19-38
Misbahuddin, M. (2018). Pakaian Sebagai Penanda: Kontruksi Identitas Budaya dan Gaya Hidup Masyarakat Jawa (2000-2016). El-Wasathiya: Jurnal Studi Agama, 6(2), Article 2. https://doi.org/10.5281/zenodo.3522966
Norman, H. (2011). Kota Oriental. In Singapura Tempo Dulu 1819-1942 (pp. 179–182). Komunitas Bambu.
North, M. (2011). Menikmati Keindahan Taman. In Singapura Tempo Dulu 1819-1942 (pp. 141–145). Komunitas Bambu.
Park, M. M. (2011). Bagaikan Berada dalam Pemandian Turki. In Singapura Tempo Dulu 1819-1942 (pp. 208–212). Komunitas Bambu.
Poelinggomang, E. L. (2016). Makassar Abad XIX: Studi tentang Kebijakan Perdagangan Maritim. Kepustakaan Populer Gramedia.
Rahmat, S. (2021). Perompak dan Penguasa Kepulauan Melayu: Dinamika Jalur Rempah Di Pantai Timur Sumatera. In Arus Rempah Pantai Barat dan Pantai Timur Sumatra (pp. 89–112). Balai Pelestarian Cagar Budaya Sumatera Barat.
Rahmat, S. (2022). Sejarah & Arsitektur Rumah Ibadah Kuno di Kota Tanjungpinang. Sulur Pustaka.
Reid, A. (1992). Asia Tenggara dalam Kurun Niaga 1450-1680: Tanah di Bawah Angin. Yayasan Obor Indonesia.
Spradley, J. P. (1997). Metode Etnografi. Tiara Wacana.
Takari, M., Harahap, F. D., Fadlin, F., Naiborhu, T., Netriroza, A., & Dewi, H. (2008). Masyarakat Kesenian di Indonesia. Studia Kultura.
Thomson, J. (2011). Fotografer Pertama Singapura. In Singapura Tempo Dulu 1819-1942 (pp. 106–110). Komunitas Bambu.
Trocki, C. A. (1976). The origins of the Kangchu System 1740—1860. Journal of the Malaysian Branch of the Royal Asiatic Society, 49(2 (230), 132–155.
Trocki, C. A. (2013). Prince of Pirates: The Temenggongs and the Development of Johor and Singapore 1784-1885. NUS Press.
Wells, C. (2011). Hotel Raffles. In Singapura Tempo Dulu 1819-1942 (pp. 299–306). Komunitas Bambu.
Wilkes, C. (2011). Ekspedisi Penjelajahan Amerika Serikat. In Singapura Tempo Dulu 1819-1942 (pp. 62–69). Komunitas Bambu.